Apa yang kita pikirkan ketika membaca kata “panggilan“? Nama? Telepon? Atau yang lainnya? Apa makna panggilan menurut Anda? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata panggilan memiliki beberapa arti, antara lain :
panggilan / pang·gil·an / n 1 imbauan; ajakan; undangan: azan merupakan ~ bagi kaum muslimin untuk melakukan salat; 2 hal (perbuatan, cara) memanggil; 3 (orang) yang dipanggil untuk bekerja dan sebagainya: montir ~; 4 sebutan nama: ~ sehari-harinya Gepeng;~ hati panggilan jiwa; ~ hidup kecenderungan hati untuk melakukan suatu pekerjaan dan sebagainya; ~ jiwa panggilan hidup;
Kali ini aku hanya ingin membagikan pengalamanku terkait dengan makna kata panggilan pada poin ke-3 yaitu “panggilan adalah (orang) yang dipanggil untuk bekerja dan sebagainya” dan poin ke-4 yaitu “panggilan adalah sebutan nama: panggilan hidup kecenderungan hati untuk melakukan suatu pekerjaan dan sebagainya”. Entah bagaimana caranya semesta bekerja, sehingga aku menerima panggilan (telepon) dari seorang senior (sebut saja Si Abang) yang sudah lama sekali aku tidak berkomunikasi dengannya. Pernah bertemu di awal tahun 2018, namun tidak ada perbincangan yang mendalam. Si Abang sebenarnya ingin berbicara langsung melalui telepon, sayangnya telephobia sedang menjangkiti tubuh ini, sehingga panggilan (telepon) itu pindah haluan ke WhatsApp Messanger.
Setelah bertegur sapa dan menanyakan kabar, obrolan kami beralih ke hal yang serius. Si Abang menawarkan pekerjaan yang sifatnya sementara (bukan permanen), untuk menjaga “barangnya mereka”, di sebuah event yang dilaksanakan kurang lebih dalam waktu dua minggu, di tiga tempat yang berbeda. Aku sempat bergumul, karena di antara pilihan tanggal yang ditawarkan semuanya bentrok dengan rencanaku pulang ke Jakarta, di mana aku ingin menghadiri undangan pernikahan Adik Kelompok Kecil (AKK) ku.
digiOH lagi butuh bantuan dari 5 orang :
- 4 orang tenaga part time (kerja senin-minggu, rata2 6jam) jaga di mall
- 1 orang tenaga full time (kerja senin-jumat, 8jam)
untuk deskripsi kerjaan :
- standby dan menjaga di unit TV digiframe
- memastikan nyala dan mati unit TV selama acara
- menangani masalah konten bila ada info dari klien
Setelah berdiskusi, bertanya tentang detil tugas yang harus diemban dan diberikan saran untuk mengambil tugas sebagai 1 orang tenaga full time (kerja Senin-Jumat, 8 jam), supaya aku tetap bisa memenuhi undangan pernikahan AKK-ku, walaupun harus bayar harga pulang-pergi Bandung-Jakarta-Bandung, akhirnya aku memutuskan untuk menerima panggilan ini. Walaupun sudah mengambil keputusan, aku tetap masih punya kekuatiran, ragu-ragu, apakah aku bisa menjalani tugas ini dengan baik atau tidak? Trouble paling parah yang pernah terjadi itu apa dan bagaimana menanganinya? Dan masih banyak pertanyaan lain, sampai aku minta diklat singkat sebelum hari H, hahaha.
Senin, 1 Oktober 2018
Berdasarkan hasil briefing Minggu, 30 September 2018, dari klien minta TVnya nyala dari jam 07.00 – 17.00. Jadi setiap pagi (1 – 15 Oktober 2018), aku harus sudah sampai di tempat sebelum jam 07.00 dan pulang setelah jam 17.00. Sebenarnya TV bisa di-timer, untuk nyala dan mati secara otomatis. Tapi, entah mengapa, deskripsi kerja yang diberikan kepadaku membuatku berpikir, lebih baik aku standby di tempat dari jam 07.00 – 17.00.
Di hari pertama ini, CEO digiOH menyemangati kami dalam mengerjakan tugas ini, beliau berkata demikian :
“Semoga pelayanan kita berjalan dengan baik hingga selesai.”
Entah kenapa kata “pelayanan kita” di sana seolah ingin menyampaikan 2 hal kepadaku, yaitu :
- Pekerjaan yang dilakukan secara harafiah memang melayani klien dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan klien.
- Pekerjaan yang dilakukan bisa juga untuk melayani Tuhan, melalui klien. Jadi lakukanlah segala sesuatunya untuk Tuhan, bukan (hanya) untuk manusia. Pasti perspektifnya jadi beda 😉
Awalnya membosankan, karena sebenarnya tidak terlalu banyak trouble dan klien juga hanya di hari-hari pertama masih meminta beberapa perubahan konten. Tapi, aku tetap memilih untuk standby di tempat sesuai jam operasional kantor. Dan terus mengingat kata-kata motivasi dari CEO digiOH.
Di event yang sama, ada beberapa Sales Promotion Girl (SPG) dan Sales Promotion Boy (SPB) yang bekerja untuk memperkenalkan layanan mobile banking ke nasabah. Aku berkenalan dengan salah seorang SPG dan di waktu-waktu senggang kami sempat berbicara, menanyakan tugas dan latar belakang masing-masing. Hari demi hari berlalu, aku memperhatikannya dan pekerjaan yang dilakukannya, demikian sebaliknya.
Selasa, 9 Oktober 2018
Apa yang kualami di hari ini mungkin tidak akan kulupakan sebagai bagian yang paling mengesankan dari pekerjaan yang kujalani ini. Saat itu, sebelum jam istirahat, salah satu Mbak SPG yang kenalan sama aku itu berkata demikian :
“Ih, teteh ga bosen? Nungguin itu wae.
Kalo aku mah ga mau da suruh kerja beginian.”
Aku bingung sih, mau jawab apa, hahaha. Karena sebenernya dia ga tau gimana ceritanya sampai aku menjawab “iya”, apa yang kujalani sebelum datang panggilan ini, seberapa banyak “harga yang harus kubayar”, serta “komitmen” yang harus kuselesaikan sampai akhir untuk pekerjaan ini. Saat itu, aku hanya diam dan tersenyum kepadanya. Namun, sebenarnya di dalam hati ini ingin berkata :
Mbak, kalau semua orang jadi SPG, siapa yang jadi teknisi?
Kalo semua orang jadi teknisi, siapa yang jadi SPG?Dan tiba-tiba inget kata-katanya Paulus : “Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman? Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya.“
Kalo disuruh tuker tempat sama Mbaknya juga saya sebenernya ga mau kok, karena saya ga betah seharian pake make up dan pake sepatu berhak, hehe. Kita punya panggilan masing-masing. Mbak dipanggil untuk bertugas menjadi SPG. Saya dipanggil untuk bertugas menjadi teknisi. Dengan tugas ini, saya senang menjalankannya, walaupun sempat membosankan di awal, pada akhirnya pelan-pelan saya bisa menyesuaikan diri dan menikmatinya. Saya senang ketika harus bangun lebih pagi dari Mbaknya untuk menyalakan TV dan pulang lebih sore dari Mbaknya untuk mematikan TV. Saya senang ketika TV bisa beroperasi dengan baik tanpa ada masalah. Mbaknya seneng ga jadi SPG? Perasaan setiap kita ngobrol Mbaknya ngeluh melulu, hehehe.
Dan tiba-tiba inget lagi kata-kata di buku Courage and Calling : “Tempat di mana Allah memanggil Anda adalah tempat di mana sukacita terdalam Anda dengan kelaparan terbesar dunia bertemu.” ➖ Frederick Buechner
Senin, 15 Oktober 2018
Saking menikmatinya, ketika aku sampai di hari terakhir bertugas, aku merasa sedih. Terlebih ketika harus berpamitan dengan satpam, office boy, bahkan pihak vendor yang sama-sama mengerjakan tugas ini. Dua kata yang membuat aku sedih di perpisahan ini adalah “terima kasih” dan “maaf”. Entah mereka berterima kasih untuk apa, karena aku merasa hanya melakukan tugasku sesuai dengan apa yang memang ditugaskan kepadaku, tidak ada hal besar yang kulakukan sehingga berdampak bagi orang banyak. Dan entah mereka juga meminta maaf untuk apa, seolah mereka sudah melakukan kesalahan besar yang memang seharusnya meminta maaf.