Koinonia = Fellowship

Kehidupan dimaksudkan untuk dibagikan. Allah memaksudkan agar kita menjalani kehidupan bersama-sama. Alkitab menyebutkan pengalaman bersama ini sebagai persekutuan. Namun, sekarang kata ini telah kehilangan sebagian besar makna alkitabiahnya.

Persekutuan yang sesungguhnya jauh lebih dari sekedar muncul pada kebaktian. Persekutuan yang sesungguhnya adalah menjalani kehidupan bersama-sama. Persekutuan termasuk mengasihi dengan tidak mementingkan diri sendiri, berbagi pengalaman dengan jujur, melayani secara praktis, memberi dengan berkorban, menghibur dengan penuh simpati, dan semua perintah “saling” lainnya yang terdapat dalam Perjanjian Baru.

Apa perbedaan antara persekutuan yang sejati dengan yang palsu?

Dalam persekutuan yang sejati, orang mengalami otentisitas.
Persekutuan yang otentik bukan obrolan basa-basi yang dangkal. Persekutuan tersebut merupakan tindakan berbagi pengalaman secara sungguh-sungguh dari hati ke hati, kadang-kadang sampai tingkat yang paling dalam. Persekutuan yang otentik terjadi ketika orang-orang bersikap jujur mengenai siapa mereka dan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan mereka.

Hanya bila kita terbuka tentang kehidupan kita barulah kita mengalami persekutuan yang sejati. Bersifat otentik membutuhkan keberanian dan kerendahan hati. Kita hanya bisa bertumbuh dengan cara mengambil risiko, dan risiko yang paling sulit dari semuanya adalah bersikap jujur terhadap diri kita sendiri dan orang lain.

Dalam persekutuan yang sejati, orang-orang mengalami simpati.
Simpati bukanlah memberikan nasihat atau menawarkan bantuan cepat yang basa-basi; simpati adalah masuk dan turut merasakan penderitaan orang lain. Simpati memenuhi dua kebutuhan dasar manusia : kebutuhan untuk dipahami dan kebutuhan agar perasaan-perasaan kita diterima. Setiap kali kita memahami dan menerima perasaan-perasaan seseorang, kita membangun persekutuan.

Ada tingkat-tingkat yang berbeda dari persekutuan, dan masing-masing tingkat cocok untuk segala waktu. Tingkat paling sederhana dari persekutuan adalah persekutuan untuk berbagi pengalaman dan persekutuan untuk mempelajari Firman Allah. Tingkat yang lebih dalam adalah persekutuan untuk melayani, seperti ketika kita melayani bersama-sama dalam perjalanan misi atau proyek kasih. Tingkat yang paling dalam dan kuat adalah persekutuan dalam penderitaan, di mana kita masuk ke dalam setiap penderitaan dan dukacita orang lain dan saling menanggung beban.

Dalam persekutuan yang sejati orang-orang memperoleh belas kasihan.
Persekutuan adalah tempat kasih karunia, di mana kesalahan tidak diungkit-ungkit tetapi dihapuskan. Persekutuan terjadi ketika belas kasihan menang atas keadilan. Kita semua membutuhkan belas kasihan, karena kita semua tersandung dan jatuh serta membutuhkan pertolongan untuk kembali ke jalur. Kita perlu saling memberikan belas kasihan dan bersedia menerima dari orang lain.

Kita tidak bisa memiliki persekutuan tanpa pengampunan. Allah memperingatkan, “Janganlah menaruh dendam.” (Efesus 3 : 13) karena kebencian dan dendam selalu menghancurkan persekutuan. Karena kita adalah orang-orang berdosa yang tidak sempurna, kita pasti saling melukai bila kita bersama-sama untuk waktu yang cukup lama. Kadang-kadang kita saling melukai dengan sengaja dan kadang dengan tidak sengaja, tetapi sengaja atau tidak, dibutuhkan banyak belas kasihan dan kasih karunia untuk menciptakan dan memelihara persekutuan.

Belas kasihan Allah kepada kita adalah motivasi untuk menunujukkan belas kasihan kepada orang lain. Ingat, Anda tidak akan pernah diminta untuk mengampuni orang lain lebih dari Allah yang telah mengampuni kita. Kapanpun hati Anda dilukai oleh seseorang, Anda memiliki pilihan untuk diambil : akankah saya menggunakan tenaga dan emosi untuk membalas dendam ataukah untuk memecahkan masalah? Anda tidak bisa melakukan dua-duanya.

Banyak orang enggan menunjukkan belas kasihan karena mereka tidak paham perbedaan antara kepercayaan dan pengampunan. Pengampunan adalah melepaskan masa lalu. Kepercayaan berkaitan dengan perilaku masa depan. Pengampunan haruslah segera, entah seseorang memintanya atau tidak. Kepercayaan harus dibangun kembali bersama waktu. Kepercayaan membutuhkan catatan kinerja.

Jika seseorang melukai Anda berulang-ulang, Anda diperintahkan oleh Allah untuk mengampuninya segera, tetapi Anda tidak diharapkan untuk mempercayai mereka segera, dan Anda tidak diharapkan untuk terus membiarkan mereka melukai hati Anda. Mereka harus membuktikan bahwa mereka telah berubah bersama waktu.

 

 

 

Sumber : diadaptasi dari Buku The Purpose Driven Life – Bab 18 “Menjalani Kehidupan Bersama-sama”

Arti kata koinonia menurut Wikipedia adalah anglikisasi dari kata Yunani (κοινωνία) yang berarti persekutuan dengan partisipasi intim. Kata ini sering digunakan dalam Perjanjian Baru dari Alkitab untuk menggambarkan hubungan dalam gereja Kristen perdana serta tindakan memecahkan roti dalam cara yang ditentukan Kristus selama perjamuan Paskah [Yohanes 6:48-69, Matius 26: 26-28, 1 Korintus 10:16, 1 Korintus 11:24]. Akibatnya kata tersebut digunakan dalam Gereja Kristen untuk berpartisipasi, seperti kata Paulus, dalam Persekutuan – dengan cara ini mengidentifikasi keadaan ideal persekutuan dan masyarakat yang harus ada – Komuni (persekutuan).

Sementara, dalam Alkitab versi Bahasa Inggris, kata persekutuan diterjemahkan sebagai kata fellowship (persahabatan) dan menurut Google Translate artinya adalah friendly association, especially with people who share one’s interests.

The Greatest Gift is Time

Seluruh kehidupan berkisar kasih.

Belajar mengasihi tanpa mementingkan diri sendiri bukan pekerjaan mudah. Hal ini bertentangan dengan sifat kita yang mementingkan diri sendiri. Itulah sebabnya kita diberi waktu seumur hidup untuk mempelajarinya.

Kasih tidak dapat dipelajari dalam keterasingan. Kita harus berada di sekitar orang-orang, yaitu orang-orang yang menjengkelkan, yang tidak sempurna, dan yang mengecewakan.

Kasih seharusnya jadi prioritas utama, tujuan utama, dan ambisi terbesar kita. Kasih bukanlah bagian yang baik dari kehidupan kita, tetapi kasih merupakan bagian terpenting.

Belajar mengasihi dapat diwujudkan melalui sebuah hubungan. Dan kesibukan adalah musuh terbesar bagi hubungan. Tujuan hidup adalah belajar mengasihi, yaitu mengasihi Allah dan sesama. Kehidupan tanpa kasih sama dengan nihil.

Kasih meninggalkan suatu warisan. Bagaimana kita memperlakukan orang lain, bukan kekayaan atau keberhasilan. Seperti kata Bunda Teresa, “Bukan apa yang Anda kerjakan, melainkan seberapa besar kasih yang Anda curahkan pada pekerjaan itulah yang penting.” Kasih adalah rahasia warisan kekal.

Ketika kehidupan di dunia berakhir, manusia tidak minta dikelilingi oleh benda-benda. Yang kita ingin ada di sekeliling kita adalah orang-orang, yakni orang-orang yang kita kasihi dan yang dengan mereka kita memiliki hubungan.

Pada saat-saat terakhir kita, kita semua menyadari bahwa hubungan sangat penting dalam kehidupan. Bijaksanalah orang yang mempelajari kebenaran tersebut lebih awal dan tidak terlambat. Jangan menunda sampai mendekati ajal baru kita memahami bahwa tidak ada yang lebih penting dari hubungan.

Salah satu cara Allah mengukur kedewasaan rohani adalah dengan kualitas hubungan kita. Allah akan meninjau bagaimana kita memperlakukan orang lain, khususnya orang-orang yang membutuhkan pertolongan.

Waktu merupakan pemberian yang paling berharga. Kita bisa membuat banyak uang, tetapi kita tidak bisa membuat lebih banyak waktu. Ketika kita memberikan seseorang waktu yang kita punya, kita sedang memberi mereka satu bagian dari kehidupan kita yang tidak akan pernah kita dapatkan kembali. Waktu kita adalah kehidupan kita sendiri. Itulah sebabnya mengapa pemberian terbesar yang bisa kita berikan kepada seseorang adalah waktu kita.

Tidaklah cukup untuk hanya mengatakan hubungan itu penting; kita harus membuktikannya dengan menginvestasikan waktu di dalam hubungan. Karena hubungan membutuhkan waktu dan usaha.

Inti dari kasih bukanlah apa yang kita pikirkan atau kerjakan atau berikan kepada orang lain, melainkan seberapa banyak kita memberikan diri kita sendiri. Pemberian karena kasih yang paling diinginkan bukanlah permata atau bunga mawar atau cokelat, melainkan perhatian yang terfokus. Karena begitu terpusat pada orang lain sehingga kita melupakan diri kita sendiri pada saat tersebut.

Kapanpun kita memberikan waktu kita, sebenarnya kita sedang membuat suatu pengorbanan, dan pengorbanan ialah inti dari kasih. Kita bisa memberi tanpa mengasihi, tetapi kita tidak mungkin mengasihi tanpa memberi. Dan waktu yang terbaik untuk mengasihi adalah sekarang. Karena kita tidak tahu berapa lama kita akan memiliki kesempatan itu.

Kehidupan paling baik dijalani dengan kasih. Kasih paling baik diekspresikan dengan waktu. Waktu terbaik untuk mengasihi ialah sekarang.

“Allah, apapun yang aku kerjakan hari ini, aku ingin memastikan bahwa aku menggunakan waktu untuk mengasihi-Mu dan mengasihi orang lain, karena inilah inti kehidupan. Aku tidak ingin menyia-nyiakan hari ini.”
– Rick Warren

“Jika kau mempunyai kemampuan untuk berbuat baik kepada orang yang memerlukan kebaikanmu, janganlah menolak untuk melakukan hal itu. Janganlah menyuruh sesamamu menunggu sampai besok, kalau pada saat ini juga engkau dapat menolongnya.”
– Amsal 3 : 27-28 (BIS)

 

 

 

Sumber : diadaptasi dari Buku The Purpose Driven Life  – Bab 16 “Hal Yang Paling Penitng”

#REUNITED

Jakarta, 25 Juni 2016

Berawal dari sebuah kerinduan seorang alumni PMK Institut Teknologi Telkom (waktu dia jadi anggota PMK namanya masih PMK IT Telkom), sebut saja namanya Benny (memang nama sebenarnya). Setelah lulus dari kampus, Benny bekerja di Jakarta dan dia merindukan sebuah persekutuan seperti di PMK. Sampai tibalah saatnya, Nice, kordi Sie. Alpra (alumni dan pra-alumni) PMK periode 2015/2016 ini mengumumkan bahwa akan diadakan ibadah alpra di Bandung via grup LINE. Benny yang ada di dalam grup itupun berkomentar minta diadakan ibadah alpra untuk wilayah Jakarta.

Awal Juni 2016, Nice sedang Kerja Praktek (KP) di Jakarta. Sebagai kordi Sie. Alpra, Nice ingin sekali memenuhi permintaan sang senior. Setelah berdiskusi dengan Nikho (Kabid 4) dan Kapas (Ketua PMK), akhirnya mereka sepakat untuk mengadakan ibadah perdana untuk wilayah Jakarta. Dengan segala keterbatasan mereka sebagai pengurus yang sedang KP, mereka tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik.

Bersaksi di Tengah Kesibukan

Bersyukur untuk segala pihak yang terlibat dalam pelayanan di ibadah perdana ini. Pak Heinz yang sudah mau mencarikan tempat ibadah dan menghubungi pembicara. Eristiar, Edwan, Yosua (dan saya sendiri) yang sudah bersedia menjadi pelayan altar. Kapas yang sudah mau membantu koordinasi sehingga acara tersebut bisa berjalan dengan baik. Bersyukur juga untuk setiap hati yang mau menyediakan waktu dan meringankan langkah mereka untuk hadir dalam persekutuan ini, kurang lebih ada 35 jiwa yang hadir. Cukup baiklah untuk perdana, hehe.

13521889_1405142486169092_2959860085151542235_n

Persekutuan Alumni, 25 Juni 2016

Di akhir ibadah, kami mengadakan diskusi singkat, memikirkan apakah ibadah semacam ini hanya akan diadakan untuk “pertama dan terakhir” atau dirutinkan. Hasil diskusinya adalah semua alumni dan pra-alumni yang hadir merindukan ibadah ini bisa terus diadakan secara rutin. Maka, dibentuklah tim kecil yang akan mempersiapkan ibadah-ibadah berikutnya. Mereka adalah:

Ini bukan kepengurusan, tapi hanya tim volunteer. Di saat kami belum sanggup memberi dukungan dalam bentuk yang lain, kami hanya sanggup memberi waktu, tenaga, hati dan pikiran kami untuk mempersiapkan ibadah-ibadah berikutnya, hehe.

Selain tim di atas, kami juga berusaha mengumpulkan perwakilan alumni yang kami harapkan dapat menjadi penyambung lidah dari tim volunteer ini untuk menyampaikan pengumuman ibadah berikutnya atau pengumuman yang terkait dengan kegiatan PMK. Kami buat grup WhatsApp, di sana ada 3-5 orang alumni sebagai perwakilan angkatannya masing-masing, ada angkatan 1991 s/d 2013.


Bandung, 17 Agustus 2016

Ada cerita tersendiri untuk persiapan ibadah 17 September 2016, panjanglah pokoknya, hahaha. Mungkin lain kali aku akan menceritakannya. Singkat cerita, kami mengadakan rapat di Bandung untuk ibadah tanggal 17 September 2016. Kami mengangkat

Tema : Persekutuan
Judul : REUNITED
Tujuan dan Sasaran :

  1. Kembali mempertemukan dan saling mengenal antar alumni PMK
  2. Mengingatkan arti dan pentingnya persekutuan di dalam kehidupan alumni PMK
  3. Mengingatkan kembali peran alumni di dalam kehidupan sehari-hari sebagai alumni PMK

Ayat Tema : Ibrani 10 : 24-25
(24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
(25) Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Mengapa #REUNITED ? Karena dalam terjemahanannya, kata “reunited” berarti berkumpul kembali. Kami, yang dahulunya jemaat PMK STT Telkom – PMK IT Telkom – dan sekarang PMK Telkom University Unit Pelayanan Telkom Engineering School, kami rindu untuk berkumpul kembali mengadakan persekutuan, di saat kami sudah menjadi alumni.

13934925_1449782565038417_1754951553904473943_n

Hujan Badai Pun Kan Ku Tempuh Demi Rapat

Dan berdasarkan hasil kuisioner kecil-kecilan, data menunjukkan bahwa persekutuan dwi bulanan (dua bulan sekali) menjadi pilihan mayoritas responden. Karena Juli libur lebaran, persekutuan kedua kami sepakat untuk mengadakannya di bulan September (dua bulan setelah Juli :p ).


Jakarta, 17 September 2016

whatsapp-image-2016-09-17-at-13-01-12

Bersyukur di persekutuan alumni yang kedua ini, sudah lebih banyak yang datang, ada 63 jiwa. Bahkan ada juga yang rela Pergi-Pulang (PP) Bandung-Jakarta-Bandung, demi menunaikan tugas dan tanggung jawabnya, hehe.

Kami, sebagai tim volunteer, memahami betul bahwa “treatment” persekutuan untuk mahasiswa dan alumni sangatlah berbeda. Kami tidak bisa memaksakan seberapa jumlah jiwa yang bisa hadir, karena alumni memiliki kesibukannya masing-masing, apalagi yang sudah berkeluarga, di hari Sabtu, biasanya mereka menghabiskan waktu bersama keluarga. Untuk tema dan format acarapun demikian, kami berusaha semaksimal mungkin memilih tema dan format acara yang bisa “lintas angkatan”.

Supaya lebih variatif bentuk acaranya, di persekutuan kali ini, WL mengadakan Ice Breaking dan Games Perkenalan singkat.

dsc_6140 dsc_6145

dsc_6142

Games Perkenalan : Cari Pasangan

Tidak ada alasan untuk tidak ikut permainan, hehe. Semua angkatan ikut main, supaya lebih saling mengenal. Bahkan ada “pra-alumni kecil” atau “alumni termuda” yang ikut main, hihi. Sangat diperbolehkan bagi kakak-abang alumni yang ingin mengajak keluarganya hadir di persekutuan ini, berharap ke depannya kita bisa bikin persekutuan khusus buat anak-anak yang hadir, supaya orang tuanya bisa fokus ibadah, amin.

Dan selain mendengarkan Firman Tuhan dari Pdt. Timotius Samosir, kami mengadakan diskusi kelompok yang isinya perkenalan singkat dan membahas tentang tema, khsusunya dalam kehidupan sehari-hari sebagai alumni.

dsc_6181dsc_6183 dsc_6180dsc_6186 dsc_6192dsc_6165

Saya pribadi bersyukur bisa hadir di ibadah kali ini. Saya bisa kenal lebih banyak alumni PMK TES. Alumni yang sangat peduli terhadap alamaternya, alumni yang sangat peduli dengan adik-adiknya, alumni yang sangat loyal memberikan bantuan dalam bentuk apapun.

“Mostly alumni ini masih sayang lah ama PMK…pengen berbuat tp gak tau apa” – Bang Ernest (alumni 2000)

Aku yakin dan percaya kalimat Bang Ernest di atas mewakili suara hati alumni yang merasakan buah dari pelayanan di PMK, bukan hanya di PMK Fakultas Teknik Telkom University, tapi juga di PMK Fakultas Telkom yang lain, bahkan juga di PMK Universitas lain.

dsc_6257

Candid! Seru liat pemandangan kaya gini, hihi..yang senior mau beri hati, yang junior mau beri telinga, supaya terjadi “saling”, supaya hubungan yang terbangun bukan hanya sekedar “hubungan organisasi”, tapi hubungan kekeluargaan yang ga ada embel-embel formal, tapi tetap bisa saling menghormati.

14355742_10210655365567271_5539403822251599125_n

Ah, senangnya lihat foto ini semoga kasih Kristus terus ada di dalam persekutuan ini, silaturahmi terus terjalin, networking terus terhubung, dan hubungan antara alumni dan mahasiswa PMK Telkom Engineering School bukan hanya sekedar “proposal dana”, tapi bisa jauh lebih dalam dan lebih intim, Amen! Makasih buat kakak-abang yang mau sama-sama berjuang ngumpulin alumni dari angkatan 1991-2013.

 

whatsapp-image-2016-09-17-at-18-52-20

Alumni 1994, 1996, 1997, 2000

whatsapp-image-2016-09-17-at-19-01-53

Alumni 2004

whatsapp-image-2016-09-17-at-19-02-30

Alumni 2005

14355535_10210654838194087_6800567285535219765_n

Alumni 2007

dsc_6253-1

Alumni 2009

dsc_6234

Pelayan Altar, Persekutuan Alumni 170916 WL: Regina, Gitaris: Arjuna dan Moses, Keyboardis: Rebecca

Aku Siap Menggembalakan Domba-DombaMu

EDO_4793 (Fm).JPG

Calon Pemimpin Kelompok Kecil 2016 PMK TES

Udah mau nulis dari kapan tahu, tapi apa daya final report dan Ujian Akhir Semester menanti dan urgent untuk dikerjakan lebih dulu. Oke, sekarang aku mau bagikan apa yang kudapat di sesi 5, sesi puncak yang mengangkat tema dari Vision Camp 2016. Sekali lagi aku bersyukur kalau masih punya kesempatan untuk terlibat dalam pelayanan di Vision Camp (VC) 2016. Terlebih aku bersyukur untuk sesi 5 yang bisa kuikuti, sesi ini dibawakan oleh Bunda Marietta, yang adalah dosen agamaku (dulu) dan sampai sekarang juga beliau masih mengajar di Telkom University.

Mau tau apa aja yang kudapat dari sesi ini? Simak ya, hihi.


Sesi 5 Vision Camp 2016 – oleh Bunda Marietta Simanjuntak
Tema: Motivasi Yang Benar Dalam Pemuridan
Judul: Aku Siap Menggembalakan Domba-DombaMu
1 Petrus 5 : 2

Motivasi adalah dorongan untuk mencapai tujuan.

Motivasi, bisa membuat orang menjadi:

  • hati-hati
  • masa bodoh

dengan tujuan yang ingin dia capai.

Tujuan menjadi seorang Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) adalah membina Adik-Adik Kelompok Kecil (AKK) menjadi serupa Kristus, bukan hanya sebagai seorang “penggemar” tapi pengikut, bukan hanya sebagai seorang pengikut tapi murid, murid yang dimuridkan melalui proses pemuridan.

Menggembalakan adalah menggiring domba sesuai dengan apa yang mereka butuhkan, bukan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Dalam konteks pemuridan, menggembalakan domba berarti membawa AKK yang sudah Tuhan percayakan kepada kita untuk sampai kepada pengenalan akan Kristus dan menjadi semakin serupa dengan Kristus.

Menjadi seorang PKK merupakan anugerah, karena tidak semua orang diberikan kesempatan untuk membawa jiwa kepada Tuhan. Tapi, hanya orang-orang yang bersedia menjawab “YA”, itulah yang menerima anugerah tersebut. Tapi, ingat! Kita punya tanggung jawab kepada Tuhan atas setiap jiwa yang sudah Tuhan percayakan. Akan dituntut pertanggungjawaban dari kita nantinya.

“Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.” (1 Petrus 5:2)

  • Kawanan domba MILIK ALLAH
  • JANGAN dengan PAKSA
  • JANGAN mencari KEUNTUNGAN (Yehezkiel 34)
  • PengABDIan DIRI (Mazmur 23:6)

Pada akhirnya, motivasi yang benar dalam pemuridan adalah

  1. Hanyalah untuk Tuhan (Kolose 3:23)
  2. Untuk kemuliaan Tuhan (Yohanes 3:30)
  3. Pengabdian kepada Tuhan (Lukas 17:10)

Soli deo Gloria
Jangan lupa dijaga kandungannya ya, dek 🙂

 

Thank You, Lord

Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

Eben-Haezer: Dan Samuel mengambil sebuah batu dan meletakkannya di antara Mizpa dan Shen, dan menyebut namanya Eben-Haezer, dengan berkata, “Sampai sekarang ini TUHAN telah menolong kita.” ~1 Samuel 7:12 (MILT)

Imanuel: “Seorang perawan akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu akan dinamakan Imanuel.” (Imanuel adalah kata Ibrani yang berarti, “Allah ada bersama kita”.) ~Matius 1:27 (BIS)

Thank You, Lord. I just wanna Thank You, Lord.
Thank You for 26th of October 31.

Your Birthday Girl,

Adniw Irasnahitsirk

This slideshow requires JavaScript.