[repost] Hasta Brata

astabrata2

Majalah Rindang edisi Pebruari (tulisannya begitu) 2008, ada tulisan tentang “Etika Kempemipinan Dalam Masyarakat Jawa”. Etika Kepemimpinan dalam masyarakat Jawa dikenal dengan istilah “Hasta Brata”. Istilah ini diambil dari buku Ramayana karya Yasadipura I yang hidup pada akhir abad ke-18 (1729-1803 M) di keraton Surakarta. Secara etimologis, “hasta” artinya delapan, sedangkan “Brata” artinya langkah. Secara terminologis berarti delapan langkah yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam mengemban misi kepemimpinannya. Langkah-langkah tersebut mencontoh delapan watak dari benda-benda di alam yakni Bumi, Matahari, Bulan. Bintang, Api, Angin, laut, dan Air.

  1. Bumi, wataknya adalah ajeg. Sifatnya yang tegas, konstan, konsisten, dan apa adanya. Bumi menawarkan kesejahteraan bagi seluruh mahkluk hidup yang ada di atasnya. Tidak pandang bulu, tidak pilih kasih, dan tidak membeda-bedakan.
  2. Matahari selalu memberi penerangan (di kala siang), kehangatan, serta energi yang merata di seluruh pelosok bumi. Energi dari cahaya matahari juga merupakan sumber energi dari seluruh kehidupan di muka bumi. Pemimpin juga harus memberi semangat, membangkitkan motivasi dan memberi kemanfaatan pengetahuan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
  3. Bulan mungkin lebih berguna daripada matahari. Karena dibandingkan matahari, bulan memberi penerangan saat gelap dengan cahaya yang sejuk dan tidak menyilaukan. Pemimpin yang berwatak bulan memberi kesempatan di kala gelap, memberi kehangatan di kala susah, memberi solusi saat masalah dan menjadi penengah di tengah konflik.
  4. Bintang adalah penunjuk arah yang indah. Seorang pemimpin harus berwatak bintang dalamartian harus mampu menjadi panutan dan memberi petunjuk bagi orang yang dipimpinnya. Pendirian yang teguh karena tidak pernah berpindah bisa menjadi pedoman arah dalam melangkah.
  5. Api bersifat membakar. Artinya seorang pemimpin harus mampu membakar jika diperlukan. Jika terdapat resiko yang mungkin bisa merusak organisasi, kemampuan untuk merusak dan menghancurkan resiko tersebut sangat membantu untuk kelangsungan oraganisasi.
  6. Angin adalah udara yang bergerak(ya iyalah, anak SD juga tahu). Maksudnya kalo udara itu ada di mana saja. Dan angin itu ringan bergerak ke mana aja. Jadi pemimpin itu, meskipun mungkin kehadiran seorang pemimpin tidak disadari, namun ada dimanapun dia dibutuhkan. Pemimpin juga tak pernah lelah bergerak dalam mengawasi orang yang dipimpinnya. Memastikan baik-baik saja dan tidak hanya mengandalkan laporan yang bisa saja direkayasa.
  7. Laut atau samudra yang lapang, luas, menjadi muara dari banyak aliran sungai. Artinya seorang pemimpin mesti bersifat lapang dada dalam menerima banyak masalah dari anak buah. Menyikapi keanekaragaman anak buah sebagai hal yang wajar dan menanggapi dengan kacamata dan hati yang bersih.
  8. Air mengalir sampai jauh dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Meskipun wadahnya berbeda-beda, air selalu mempunyai permukaan yang datar. Artinya, pemimpin harus berwatak ait yang berprinsip keadilan dan sama rata, kesamaan derajat dan kedudukan. Selain itu, sifat dasar air adalah menyucikan. Pemimpn harus bersih dan mampu membersihkan diri dan lingkungannya dari hal yang kotor dan mengotori.

astabrata1

Delapan watak benda-benda alam ini mampu menjadi contoh bagi seorang pemimpin dalam mengomando orang-orang yang dimpimpinnya menuju tujuan organisasi. Hal seperti ini sudah ditemukan di Indonesia di akhir abad ke-18, tapi kenpa banyak orang Indonesia yang mengeluh bahwa di Indonesia ini masih kurang jiwa kepemimpinan dalam memimpin negara ini mencapai tujuannya. (Muhammad Andi Miftachul Huda)

Source: chiell.wordpress.com

Other source: http://iwanmuljono.blogspot.com/p/asta-brata_7361.html

Persekutuan Doa Kota – Maret 2014

Relasi Pengurus yang Sehat
“Bukan Sekedar Hubungan Organisasi”

“It’s good to see you here with me. I’m so glad that you’ve came.” Penggalan lagu “It’s Good to See You” mengawali Persekutuan Doa (PD) Kota yang pertama di tahun 2014. Ya benar! Kami, Tim PMKB, merasa senang karena dapat bertemu kembali di Cipaku Permai No.14 dengan teman-teman pengurus PMK dalam acara PD Kota kali ini. Kami bahkan merasa sangat senang karena teman-teman pengurus PMK yang hadir lebih banyak dari PD Kota sebelumnya. Sekitar 25 orang hadir memenuhi ruang tengah dari Rumah Sekretariat Perkantas Jawa Barat.

WelcomeNewMembers

Berangkat dari kondisi yang kami lihat, yaitu adanya fenomena menurunnya semangat pengurus setelah 3-4 bulan menjalani kepengurusan. Kebanyakan, setelah proses regenerasi dan terpilihnya pengurus baru, semangat pengurus baru menyala-nyala. Namun, sebagian besar PMK selama dalam masa kepengurusan memiliki kecenderungan melemahnya semangat pengurus sehingga satu demi satu pengurus menghilang. Salah satu penyebabnya adalah relasi setiap pengurus yang membentuk satu kepengurusan PMK tidak menciptakan suatu kenyamanan sehingga berdampak pada jenuhnya mengerjakan program, tidak dapat berpikir kreatif untuk variasi dalam kepengurusan PMK. Maka, PD Kota yang dilaksanakan pada hari Minggu, 16 Maret 2014 ini, mengangkat Tema: Relasi Pengurus yang Sehat, dengan Judul: “Bukan Sekedar Hubungan Organisasi”.

Di siang hari yang tak cuacanya tak menentu itu, karena sebentar panas, sebentar hujan, Putri, sang Worship Leader (WL), dan Bobby, sang gitaris, mengajak kami mempersiapkan hati untuk mendengarkan sharing Firman Tuhan yang disampaikan oleh Bang Evan A. Lature, melalui pujian “How Great is Our God”. Bang Evan membagikan bahwa dasar dari sebuah hubungan (relasi) adalah komunikasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi berarti pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak. Komunikasi berasal dari Bahasa Latin, yaitu communicatio, communis, yang berarti sama. Sama di sini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi, komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenal suatu pesan yang disampaikan oleh komunikan. Komunikasi ini tidak hanya suatu aliran informasi namun termasuk saling memperhatikan dan apresiasi terhadap suatu pekerjaan. Komunikasi tidak melulu satu arah, namun juga melibatkan partisipasi aktif pihak lain. Selain komunikasi yang baik, untuk memiliki relasi yang baik, khususnya dalam relasi kepengurusan PMK, juga harus dihiasi oleh Buah Roh (Galatia 5:22 – 23), yaitu Kasih, Sukacita, Damai Sejahtera, Kesabaran, Kemurahan, Kebaikan, Kesetiaan, Kelemahlembutan, dan Penguasaan Diri. Jika semua orang dalam kepengurusan PMK saling mengingatkan untuk belajar memiliki dan menghidupi Buah Roh tersebut, niscaya relasi yang terbangun di dalam kepengurusan PMK adalah relasi yang sehat dan tidak hanya sekedar hubungan organisasi.

Lagu “Bertumbuh dalam Kasih” menutup dari PD Kota sore itu. Jika ada tawa, tangis, suka, duka kiranya itu semua menjadi pemersatu dari kepengurusan yang kita jalani. Tidak hanya menyelesaikan program kerja dan tugas sebagai pengurus, tapi juga kiranya kita bisa sama-sama menikmati dan bertumbuh di dalam kepengurusan yang masih Tuhan percayakan kepada kitaDibutuhkan kerja sama yang baik antar tiap pengurus untuk membangun dan bertumbuh dalam relasi yang sehat di kepengurusan PMK.  Sampai jumpa di PD Kota berikutnya! 🙂 God be with you till we meet again.

pertumbuhan

[repost] Kepuasan Instan

Kepuasan Instan

Senin, 3 Maret 2014

Baca: Mazmur 27:4-14

27:4 Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya.

27:5 Sebab Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu.

27:6 Maka sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhku sekeliling aku; dalam kemah-Nya aku mau mempersembahkan korban dengan sorak-sorai; aku mau menyanyi dan bermazmur bagi TUHAN.

27:7 Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku!

27:8 Hatiku mengikuti firman-Mu: “Carilah wajah-Ku”; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN.

27:9 Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku!

27:10 Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku.

27:11 Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, dan tuntunlah aku di jalan yang rata oleh sebab seteruku.

27:12 Janganlah menyerahkan aku kepada nafsu lawanku, sebab telah bangkit menyerang aku saksi-saksi dusta, dan orang-orang yang bernafaskan kelaliman.

27:13 Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup!

27:14 Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!

 

Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! —Mazmur 27:14

Kepuasan Instan

Ketika kamera Polaroid SX-70 diperkenalkan pada tahun 1972, terjadilah revolusi dalam dunia fotografi. Sebuah artikel yang ditulis Owen Edward di majalah Smithsonian menggambarkan kamera tersebut sebagai “sebuah keajaiban dalam bidang fisika, optik, dan elektronik”. Ketika kamera itu dijepret, “selembar kertas kosong berukuran kotak persegi akan keluar dari bagian depan kamera dan gambarnya berangsur-angsur muncul di depan mata kita”. Orang-orang tertarik untuk membelinya karena hasil fotonya bisa dilihat langsung saat itu juga.

Oswald Chambers melihat adanya hubungan yang kuat antara keinginan kita akan sesuatu yang instan dengan nafsu dalam diri kita: “Sebenarnya nafsu itu berarti, ‘Aku harus memilikinya sekarang juga’; objeknya bisa berupa suatu kepuasan jasmani atau sesuatu yang rohani. . . . Artinya, aku tidak bisa menunggu waktunya Allah, Allah begitu tidak peduli; demikianlah nafsu bekerja dalam diri kita.”

Dalam Mazmur 27, Daud menulis tentang penantiannya akan Allah di tengah suatu masa yang sangat sulit dan seakan tidak ada jalan keluar. Daripada menyerah dan berputus asa, Daud tetap mempertahankan keyakinannya bahwa ia akan “melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup” (ay.13).

Kita hidup di tengah dunia yang mengejar hal-hal yang bersifat instan. Ketika rasanya keinginan hati kita yang terdalam tidak juga dipenuhi, pemazmur mendorong kita untuk tetap berharap kepada Allah yang kekal. “Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!” (ay.14). —DCM

Tolonglah aku, ya Allah, untuk merasa cukup! Jagalah mulutku
dari menikmati hasrat yang sia-sia dan tak terkendali—sebaliknya,
biarlah Aku mengakui Engkau sebagai Tuhan dan Raja,
bersujud, berdoa, dan menanti sampai kulihat wajah-Mu! —Adams

Jawaban bagi hasrat kita akan hal yang instan adalah dengan memusatkan diri pada hal yang kekal.

Explore Bandung: Kawah Putih – Situ Patenggang

Kawah Putih – Situ Patenggang, 1 Maret 2014

Bandung Selatan, salah satu tempat di Bandung yang punya pemandangan indah dan udara yang segar. Ciwidey, ya itu nama tempat yang lebih tepatnya. Apa aja yang bisa dikunjungi di Ciwidey? “Salah dua”nya Kawah Putih dan Situ Patenggang.

Cerita melancong kali ini disponsori oleh si Anto, hahaha. Kenapa disponsori? Karena pada dasarnya kemaren itu gue lagi bokek alias kere dan dia bersedia menjadi ATM berjalan (sementara) buat gue. Dia sebenernya emang udah punya plan mau melancong ke Ciwidey, tapi bareng sama adeknya dan teman SMAnya. Entah apa alasannya, pagi itu dia ng-sms gue ngajak pergi juga. Tadinya sih gue udah ga mau pergi, selain karena kere, ada kegiatan juga sorenya. Setelah bernegosiasi, akhirnya gue memutuskan untuk pergi bareng mereka.

Kami berangkat sekitar jam 9 pagi dari Dayeuh Kolot dan sampai di Kawah Putih sekitar jam 10.30. Sampai di lokasi, kami langsung naik ke atas, tapi berhubung kami naik motor, kami harus naik ke atas dengan menggunakan angkutan bersama para wisatawan yang lain.

edit10

edit7

Setelah puas menikmati pemandangan Kawah Putih dan mengabadikan momen yang tidak akan terulang ini, kami turun. Waktu di atas, cuaca cerah. Tapi, sampai di bawah kami disambut hujan deras se-deras-derasnya. Akhirnya kami memutuskan untuk berteduh di warung makan, sekaligus makan siang karena sudah waktunya makan siang.

Tak lama setelah kami habis menyantap makan siang kami, hujan pun berhenti. Kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Kemana? Situ Patenggang. Awalnya sempat ragu untuk lanjut ke sana, tapi sudah sampai di Ciwidey, sayang sekali kalau langsung pulang dan tidak mampir ke Situ Patenggang. Akhirnya, kami memutuskan untuk lanjut walaupun harus berjuang melawan hujan deras yang mendadak turun kembali.

edit8

Kami tidak terlalu lama menikmati pemandangan di Situ Patenggang, karena cuaca semakin mendung. Kami melanjutkan perjalanan kami kembali ke Dayeuh Kolot. Di perjalanan pulang kami singgah ke kebun teh dan mengabadikan beberapa gambar.

edit6

Ciwidey bisa jadi salah satu tempat alternatif buat kamu-kamu yang ingin menekan “tombol F5” di otak, supaya lebih refresh karena menghirup udara segar di sana dan melihat pemandangan yang kece, sekaligus bersyukur masih bisa menikmati anugerah Tuhan yang luar biasa itu. 🙂